Tuesday, June 16, 2009

Kesulitan Petani

Petani Sulit Mengakses Benih

Padi Spesifik Lokasi Menjawab "Climate Change"
Senin, 8 Juni 2009 | 04:13 WIB

Jakarta, Kompas - Dampak perubahan iklim kian terasa. Petani makin kerap terperangkap ketidakpastian dalam menjalankan usaha tani padi. Di sisi lain, mereka kesulitan mendapatkan benih padi varietas unggul spesifik lokasi, yang mampu mengatasi masalah kekeringan dan kebanjiran.

Ketua Umum Wahana Masyarakat Tani Indonesia Agusdin Pulungan, Minggu (7/6) di Jakarta, mengatakan, pemerintah terbukti belum mampu melakukan mitigasi dengan baik terkait dampak perubahan iklim global.

”Kalau mitigasi baik, akan dengan mudah diketahui di mana saja dan berapa luas daerah yang belakangan ini lahan sawahnya selalu ditimpa masalah kekeringan dan banjir. Setelah mengetahui titik wilayah dan luasan, akan dengan mudah diketahui berapa kebutuhan benih padi varietas unggul yang spesifik lokasi yang harus disediakan,” katanya.

Selain tidak cakap melakukan mitigasi, dengan kemampuan anggaran yang ada, pemerintah kurang mampu menyosialisasikan dampak perubahan iklim pada tingkat petani. Akibatnya, petani tidak tahu harus berbuat apa dan melakukan usaha tani sebagaimana biasanya.

Supandi, petani warga Desa Karang Karang Mulya, Kecamatan Kandang Haur, Kabupaten Indramayu, menyatakan, selama ini dia kesulitan mendapatkan benih padi varietas unggul yang tahan pada kondisi kekeringan. Padahal, varietas itu dibutuhkan petani di daerahnya, yang selalu kesulitan air saat musim tanam kedua. ”Ternyata ada varietas padi yang tahan kering, tetapi saya harus beli di mana karena yang ada di pasaran varietas ciherang,” katanya.

Keluhan yang sama juga diungkapkan Sarma, tetangga Supandi. ”Musim tanam kedua, tanaman padi saya selalu kurang air, bisa mengambil air dari sumur pantek, tapi airnya asin dan bisa membuat tanaman mati,” katanya. Baik Supandi maupun Sarma menyatakan, sejak sepuluh tahun belakangan ini, ada perbedaan iklim yang terasa dan menyulitkan usaha tani mereka.

Persawahan di Desa Karang Mulya berada di ujung aliran air irigasi. Pada musim kemarau, tanaman padi kekeringan dan saat hujan kerap kebanjiran.

Dampak perubahan iklim global luas. Diperkirakan 113.000 hektar sawah di Pantai Utara Jawa hilang apabila permukaan air laut naik 0,5 meter, di Sumatera 1.314 hektar, dan di Sulawesi 12.000 hektar. Data di Departemen Pertanian menunjukkan, dampak banjir dan kekeringan per tahun melanda lebih dari 200.000 hektar tanaman padi.

Peneliti dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BBPTP) Departemen Pertanian, Sarlan Abdulrachman, mengungkapkan, sampai tahun 2008, BBPTP menghasilkan 204 padi varietas unggul. Sebanyak 144 varietas padi sawah, 30 padi gogo, 24 padi rawa atau pasang surut, dan enam padi hibrida.

Varietas padi unggul yang tahan kekeringan antara lain situbagendit, IR 66, Way Apo Buru, Ciliwung, S3382, dan BP 360.

Menunggu pesanan

Agusdin menyatakan, varietas padi unggul, seperti situbagendit, ditangkar petani. Namun, para petani baru memproduksi benih itu setelah mendapat pesanan dari perusahaan benih BUMN PT Sang Hyang Seri (Persero) dan pihak PT Pertani.

”Tanpa ada pesanan dari mereka atau pihak lain, penangkar tak berani memproduksi karena tidak punya jaringan pemasaran,” katanya.

Meski demikian, masalah ini bisa diantisipasi bila sebelumnya ada perencanaan yang matang, terutama dalam hal mitigasi, terkait berapa banyak kebutuhan benih tahan kekeringan. Tanpa ada upaya mitigasi itu, sulit dilakukan sinkronisasi kebutuhan.

Agusdin menyarankan agar mekanisme pengadaan benih jangan selalu terpusat. Sudah waktunya pemerintah daerah diberikan kewenangan lebih untuk berperan melakukan upaya-upaya mitigasi perubahan iklim global sehingga petani terbantu. (MAS)


Sumber: http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/06/08/04130935/Petani.Sulit.Mengakses.Benih

0 komentar:

Post a Comment

 
Bisnis Internet Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template